Ikujiro Nonaka (10 May 1935) seorang penulis yg berpengaruh dan Profesor Emeritus di Hitotsubashi Graduate School University of Coprorate Strategi Internasional. Nonaka merupakan ‘guru’ yang mengembangkan ide knowledge management, membagi pengetahuan organisasi menjadi 2, yakni pengetahuan eksplisit dan implisit atau terpendam (Tacit). Dimana ia menuturkan bahwa pengetahuan terpendam (Tacit) memiliki karakteristik kualitas ‘analog’ dan pengetahuan ekplisit memiliki karakteristik ‘digital’ dalam pengelolaannya. Tidak hanya sampai disitu saja, Nonaka membuat suatu teori mengenai KM di dalam perusahaan yang ia sebut, sebagai empat dasar karakteristik di dalam evolusi spiral KM. Dimana Nonaka beserta Konno membentuk sebuah model KM yang dinamakan sebagai SECI-Socialization, Externalization, Combination, dan Internalization.
Hirotaka Takeuchi (16 Oct 1946) adalah dekan sekolah Pascasarjana Strategi Korporat Internasional di Hitosubashi University di Tokyo dan seorang Profesor tamu di Havard Business School pada tahun 1989 dan 1990.
Takeuchi bergelar MBA dan PHD dari Haas School of Business di Universitas Kristen Internasional. Takeuchi menulis sebuah buku bersama Michael Porter yang berjudul “Dapatkah Jepang Bersaing ?” Takeuchi digambarkan oleh majalah BusinessWeek sebagai salah satu Top 10 “Profesor Sekolah Manajemen untuk program pendidikan in House Perusahaan di Dunia”. Bekerja di Industri sebagai Konsultan Manajemen di Mc Kinsey & Company dan periklanan di McCann Ericson di Tokyo dan San Fransisco.
KM Models
Penelitian awal menunjukan bahwa upaya mengsukseskan KM perlu mengkonversi pengetahuan yg tacit / tersembunyi menjadi pengetahuan yang eksplisit / jelas diinternalisasikan dalam rangka untuk berbagi, namun upaya yang sama juga harus mengizinkan individu untuk menginternalisasi dan mengetahui makna atas pengetahuan yang dikodifikasi diambil dari upaya KM.
Penelitian selanjutnya pada KM disarankan bahwa perbedaan antara pengetahuan tacit / tersembunyi dan pengetahuan eksplisit / jelas diwakili penyederhanaan yang berlebihan dan bahwa gagasan tentang pengetahuan eksplisit saling bertentangan.
Penelitian selanjutnya pada KM disarankan bahwa perbedaan antara pengetahuan tacit / tersembunyi dan pengetahuan eksplisit / jelas diwakili penyederhanaan yang berlebihan dan bahwa gagasan tentang pengetahuan eksplisit saling bertentangan.
Ikujiro Nonaka mengusulkan sebuah model (SECI untuk sosialisasi, Eksternalisasi Internalisasi, Kombinasi) yang menganggap proses interaksi pengetahuan spiral antara pengentahuan eksplisit/jelas dan pengetahuan tacit / tersembunyi (Nonaka & Takeuchi 1995). Dalam model ini pengetahuan mengikuti siklus dimana pengetahuan implicit ‘diekstrasi’ untuk menjadi pengetahuan eksplisit dan pengetahuan eksplisit diinternalisasikan ke dalam pengetahuan implicit.
Spiral Pengetahuan seperti yang dijelaskan oleh Nonaka & Takeuchi
Model KM dari Nonaka & Takeuchi merupakan Model Konseptual KM sederhana, yaitu model SECI. Terdapat unsur-unsur yang membentuk model KM, diantaranya meliputi : waktu, bentuk, jenis pengetahuan, ruang social, konteks, transformasi dan dinamika, penghubung danmedia, dan budaya pengetahuan.
Lebih mudahnya digunakan beberapa aspek yg dapat diidentifikasi, yaitu Apa, Siapa, Bagaimana, dan Dimana. Berdasarkan Nonaka & Takeuchi,
Apa merupakan acuan tentang objek sentral yang dikelola dalam KM. terdapat dua jenis objek KM yaitu Pengentahuan Tacit dan Pengetahuan Eksplisit.
Siapa merupakan acuan tentang actor pelaksana daripada KM dalam proses pengimplementasiannya. Aktor tersebut terbagi atas individu (Dalam dan luar organisasi) kelompok/Komunitas (dalam dan luar organisasi) dan organisasi itu sendiri.
Bagaimana adalah acuan tentang bagimana proses objek dan actor pelaksana KM memperoleh dan mentransformasi pengetahuan. Nonaka menamakannya dengan dinamika interaksi.
Dimana adalah acuan tentang ruang / tempat dimana dinamika interaksi atau aktivitas perolehan dan penciptaan pengetahuan terjadi. Biasa terjadi di ruang social individu, kelompok, organisasi dan lintas organisasi. Model SECI oleh Nonaka-Konno menjelaskan ruang atau tempat dimana interaksi pengetahuan terjadi yang diistilahkannya dengan Ba (originating Ba, Interacting Ba, Cyber Ba, dan Exercising Ba). Mengenai ruang ini, secara implisit semua model menjelaskan bahwa interaksi pengetahuan dapat terjadi secara face-to-face, real time (synchronous), maupun tidak real time (asynchronous) melalui dunia maya (cyber world).
Dimana adalah acuan tentang ruang / tempat dimana dinamika interaksi atau aktivitas perolehan dan penciptaan pengetahuan terjadi. Biasa terjadi di ruang social individu, kelompok, organisasi dan lintas organisasi. Model SECI oleh Nonaka-Konno menjelaskan ruang atau tempat dimana interaksi pengetahuan terjadi yang diistilahkannya dengan Ba (originating Ba, Interacting Ba, Cyber Ba, dan Exercising Ba). Mengenai ruang ini, secara implisit semua model menjelaskan bahwa interaksi pengetahuan dapat terjadi secara face-to-face, real time (synchronous), maupun tidak real time (asynchronous) melalui dunia maya (cyber world).
Dalam Buku yang ditulis Nonaka (2000) disampaikan ringkasan gagasan yang mendasari pengertian knowledge adalah sebagai berikut :
1. Knowledge merupakan kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan (Justified true believe)
2. Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terpikirkan (tacit);
3. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut;
4. Penciptaan Inovasi.
Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) keberhasilan perusahaan Jepang ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan knowledge organisasinya ( organizational knowledge creation).
Penciptaan knowledge tercapai melalui pemahaman atau pengakuan terhadap hubungan synergistic dari tacit dan explicit knowledge dalam organisasi, serta melalui desain dari proses sosial yang menciptakan knowledge baru dengan mengalihkan dari tacit knowledge ke dalam explicit knowledge, hal ini berarti melakukannya berdasarkan learning process.
Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) perusahaan Jepang mempunyai daya saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber dari daya saing, knowledge ini harus dikelola (managed), karena harus direncanakan dan diimplementasikan. Untuk mencapai budaya institusi yang inovatif, maka upaya membangun knowledge sharing ( berbagi knowledge) perlu dilakukan. Kunci utama pelaku knowledge sharing adalah manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar